Jumat, 06 Maret 2009
27s Club (Jimi Hendrix)
Ketika bertanya siapa yang paling menginspirasi seorang George Clinton, Steve Vai, dan Jonny Lang dalam bermusik, tentunya nama Jimi Hendrix akan pertama keluar dari mulut mereka.
“He did this thing where he would play a chord, and then he would sweep his left hand through the air in a curve, and it would almost take you away from the idea that there was a guitar player here and that the music was actually coming out of the end of his fingers,” tulis Pete Townshend dalam majalah Rolling Stone edisi The 100 Greatest Guitarists of All Time.
27 November 1942. Tepat jam 10.15 siang, seorang bayi mungil menjerit keras di rumah sakit King Country, Seattle, US. Ketika itu Lucille, ibunya masih berumur 17. Sementara sang ayah, Johnny Allen Hendrix menamai bayi blasteran afrika–amerikanya dengan James Marshall Hendrix. Sebuah nama yang nantinya memiliki pengaruh besar dalam dunia musik di abad 20. Jimi Hendrix.
Jauh sebelum Jimi Hendrix diselimuti wanita dan gelimang uang, ia pernah merasakan sebuah kehidupan yang jauh dari kemapanan. Ayahnya seorang prajurit rendah asal Oklahoma. Sementara Lucille hanyalah seorang ibu rumah tangga yang saban hari cemas menunggu kepastian uang harian. Tak pelak, kehidupan Jimi kecil diisi dengan berpindah kontrakan dari kota ke kota, emosi sang ayah yang gemar mengonsumsi alkohol, hingga kematian sang ibu yang membuatnya depresi dan introvert. Pikirnya, ia harus mengubah keadaan. Terlebih ketika ayahnya membelikan Jimi sebuah Gitar Klasik. Jimi harus mampu menghidupi empat saudaranya. Leon, Josep, Kathy, dan Pamela Hendrix.
Di umur 16 tahun, Jimi tinggal bersama neneknya di, Vancouver, British Columbia. Ia dikenal sebagai anak yang pendiam dan sensitif. Di tempat inilah ia memulai kegiatannya dalam bermusik. Mulai dari cafe sampai klub malam, ia singgahi. Sampai pada akhirnya, Jimi membentuk band yang dinamai The Velvetones dan bersekolah di Garfield High School.
The Velvetones lahir tahun 1958. Musiknya terinspirasi dari Rock ‘n Roll ala Elvis Presley dan lengkingan Blues milik B.B. King. Jimi sempat menyaksikan Elvis tahun 1957 di Seattle. Ketika itu ia sangat terkesima melihat gaya Elvis yang nyentrik dan lincah.
Awal tahun 1960, Jimi Hendrix memutuskan bergabung dengan band yang lebih profesional, The Rocking Kings. Pikirnya dengan keputusan ini, ia dapat mengubah jalan hidup. Namun The Rocking Kings hanya memberikan penghidupan yang sederhana bagi Jimi. Ditambah lagi sekelumit masalah yang datang ketika ia sedang mencoba peruntungannya di musik. Mulai dari masalah hukum, obat-obatan, hingga ajal menjemput secara tragis dipuncak keemasan karir Jimi.
Tentara dan Isu Homoseksual
Jimi pernah tersangkut masalah hukum ketika mobil yang ia kendarai diduga hasil curian. Dalam persidangan ia dihadapkan 2 pilihan. Penjara atau menjadi tentara. Jimi memutuskan untuk menjadi tentara selama 2 tahun. Ia memulai karir keprajuritannya 31 Mei 1961. Ketika itu Jimi bergabung dalam kesatuan 101st Airborne Division yang berpusat di Campbell, Kentucky. Dalam buku berjudul Room Full of Mirrors, Charles Cross mengklaim bahwa Jimi Hendrix pernah jatuh cinta dengan seorang teman laki-laki di kesatuannya.
Lelaki itu bernama Billy Cox. Billy merupakan basis ketika Jimi membentuk band The King Kasuals. Namun isu Jimi Hedrix seorang homoseksual ditanggapinya dengan santai. Jimi menganggap gosip ini merupakan sebuah metode untuk mendongkrak kepopolerannya. Salah, ketika berpikir karirnya akan runtuh.
Setelah keluar dari ketentaraan, Jimi dan Billy Cox tinggal di Clarksville, Tennessee. Saat itu mereka sepakat untuk manapaki karir musik yang sempat terhenti. Rytem dan blues menjadi warna musik yang diusung The King Kasuals. Mengingat ditempat tinggalnya terdapat banyak orang kulit hitam yang menggemari genre tersebut. "The idea of doing that came to me in a town in Tennessee. Down there you have to play with your teeth or else you get shot. There’s a trail of broken teeth all over the stage," terang Jimi kepada media ketika itu.
Jimi dikeluarkan dari The King Kasuals. Kontribusinya dirasa menurun oleh Billy akibat terlalu fokus berpacaran dengan Joyce Lucas. Keputusan ini membuat Jimi frustasi dan kecewa. Baru pada kepindahan ke New York pada Januari 1964, ia kembali menemukan kepercayaan. Orang yang paling berjasa ialah Lithofayne Pridgeon atau biasa disebut Faye, dan si kembar Allen bersaudara, Artur dan Albert Allen yang nantinya dikenal dengan Taharqa dan Tunde-Ra Aleem. Hubungan pertemanan Jimi dan Faye berujung pada kisah percintaan yang tidak lama. Sementara itu, Taharqa dan Tunde-Ra Aleem membantunya ketika merekam lagu berjudul "Freedom".
Dari "Freedom" lah, Jimi mendapatkan penghargaan di Appolo Theatre Contest. Setelahnya tawaran untuk bergabung dengan band Isley Brothers sebagai gitaris, ia terima. Ia mulai dikenal ketika Isley Brothers melakukan tur ke the southern Chitlin' circuit dan merilis album "The Royal Company" yang dipromotori oleh Little Richard pada tahun 1965.
Solo Karir
Kian hari karir Jimi terus berkembang. Namanya semakin dikenal oleh penggemar musik Blues Amerika. Di akhir tahun 1965, ia bergabung dengan band bernama Curtis Knight and the Squires. Dalam perjanjiannya, Jimi mendapatkan royalti $1 dan 1% dari setiap penjualan album. Pengalaman ini memberikan pelajaran serta keuntungan bagi Jimi. Setelah Curtis Knight and the Squires, ia sempat bergabung dengan Bobby Taylor & the Vancouvers, King Curtis and Ray Sharpe, dan Jimmy Norman & Billy Lamont, hingga awal solo karirnya sebagai gitaris handal dengan performa yang atraktif dan "canggih".
Sebuah pertemuan dengan Linda Keith yang merupakan kekasih gitaris band The Rolling Stone, Keith Richard di Cheetah Club tahun 1966, merupakan awal dari solo karir seorang Jimi Hendrix. Dari sana ia dikenalkan dengan Andrew Loog Oldham, Seymour Stein, dan Chas Chandler. Mereka merupakan tim manager yang melambungkan The Rolling Stone diranah musik dunia. Ketika itu Chandler mengusulkan Jimi melebarkan sayap karirinya ke London, Inggris dan bergabung dalam managemen Ex- Animal yang dimanageri oleh Michael Jeffery. Jimi Hendrix sepakat. Band solonya ia namai The Jimi Hendrix Experience. Komposisi pemainnya, Noel Redding pada bas, Mitch Mitchell sebagai penggebuk drum, dan Jimi sendiri di gitar.
Dalam pembentukkan The Jimi Hendrix Experience, Chandler sempat pula mengenalkan Jimi dengan musisi Inggris kenamaan seperti Pete Townshend dan Eric Clapton. Sebelum berkarir dengan band solonya, Jimi sempat bermain dengan Cream yang digagas Erick Clapton. Mereka semakin dekat dan menjadi sahabat. Tidak sedikit masukan Clapton menjadi pertimbangan Jimi Hendrix dalam memoles karyanya. Sampai-sampai kebiasaan humor Jimi saat tampil di panggung, dipengaruhi dari musisi yang menciptakan lagu fenomenal untuk anaknya yang tewas jatuh dari apartemen, Tears in Heaven.
Album pertama The Jimi Hendrix Experience berjudul "Are You Experience". Album ini dirilis pada 12 Mei 1967 dan dipasarkan ke Inggris, Amerika, dan Kanada. Belum genap satu tahun, album Axis: Bold as Love lahir. Dalam Axis: Bold as Love terdapat lagu andalan yang hingga kini masih sering didengar. Disana ada "Little Wing" dan "If 6 Was 9" yang kental dengan perpaduan blues dan musik efek. Karena banyaknya permintaan untuk membuat lagu baru, Jimi akhirnya menelurkan album Electric Ladyland pada tahun 1968. lagi-lagi albumnya meledak. Ketika itu ia sangat disibukkan dengan tur sepanjang Eropa dan Amerika.
Drugs
Ketenaran Jimi Hendrix di era 1960-an mengakibatkan kehidupannya berubah total. Saat itu ia memiliki banyak uang yang mampu membeli segalanya. Terlebih untuk wanita dan obat-obatan. Hal inilah yang nantinya akan menjadi akhir dari karir seorang Jimi Hendrix. Yakni ketika pada 18 September 1980, Jimi ditemukan tewas over dosis di Samarkand Hotel, London. Saat itu Jimi sedang bersama sang kekasih baru, Monika Dannemann.
Dalam bukunya, Monika mengungkapkan Jimi over dosis setelah mengonsumsi 9 vesperax dengan wine. Hal ini jelas menggemparkan pecinta musik blues. Tak sedikit dari penggemarnya datang ke makamnya di Greenwood Memorial Park, Renton, Washington. Bahkan di hari ulang tahunnya, selalu ada pesta kecil untuk memeriahkan ulang tahun sang legenda musik blues. Diemas Kresna Duta
sumber:
Charles R. Cross, Room Full Of Mirrors: A Biography Of Jimi Hendrix', 2005
Townshend. Pete, Rolling Stone Magazine, The 100 Greatest Guitarists of All Time
Ken Matesich, Jimi Hendrix: A Discography, 1982
27sclub.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar